241 total views
BUKAN soal kalah menang di kontestasi Pilwako Tomohon 9 Desember 2020. Bukan pula ketika pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota CS-WL diberi mandat oleh rakyat untuk memimpin Kota Tomohon lima tahun ke depan menjadi mimpi utama seorang Wenny Lumentut (WL) jauh panggang dari api.
“Ketika saya diminta Ketua PDI-P Sulut Bapak Olly Dondokambey untuk mendampingi Pak Carol, saya menyanggupi dan menyatakan kesediaan mendampingi CS karena ini merupakan perintah, maka saya harus manut dengan perintah beliau untuk bersama-sama membangun Kota Tomohon lebih maju lagi,” tandasnya.
Tapi bukan karena posisi sebagai Wakil Walikota lalu WL tak dapat berbuat sesuatu. “Saya dengan Pak Carol sudah memiliki komitmen bersama untuk kerja bareng menjadikan Kota Tomohon lebih berjaya lagi dengan menggali segenap potensi yang dimiliki demi sebesar-besarnya kepentingan masyarakat kota tomohon,” tambahnya.
Sosok yang komitmen dan konsisten dengan ucapannya ini tidak mau muluk-muluk dan tebar janji sebagai pemanis mulut semata melalui mimpi-mimpi indah kepada rakyat Tomohon, kerja nyata dan memberi dampak bagi kesejahteraan masyarakat akan sangat bernilai ketimbang janji yang mungkin saja tak bakal terwujud.
Kerja nyata dan berdampak langsung bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat menjadi obsesi seorang Wenny Lumentut dan kini perlahan namun pasti sementara dilakoni mantan legislator Sulut itu.
Dengan menginvestasikan dana senilai Rp. 10 miliar melalui pembangunan gedung teather berlabel Terung Kawasaran, bahasa lokal setempat, menjadi mimpi nyata untuk berbuat lebih banyak bagi masyarakat Tomohon. “Saat ini, pembangunannya hampir rampung 100% dan bakal dilaunching Januari 2021,” ungkapnya kepada bhayangkaranusantara.com, Minggu (18/10/20) di kediaman pribadinya di bilangan Lelurahan Winangun Batu, Kota Manado.
Menurutnya, pembangunan teather tersebut sambil menjadi destinasi wisata juga dalam rangka pengembangan kearifan lokal dan pelestarian nilai-nilai budaya Suku Minahasa.
Pengembangan dan pelestarian nilai-nilai budaya suku Minahasa menjadi tujuan utama dari pembangunan gedung teather tersebut yang setiap harinya akan digelar pementasan dan atraksi-atraksi seni budaya, seperti Kawasaran, Tarian Maengket, Musik Bambu, Kolintang dan atraksi budaya Minahasa lainnya.
“Atraksi dan pementasan akan dilakukan secara bergilir dari semua kelurahan yang ada di Kota Tomohon yang dikemas menjadi paket wisata buat para pelancong domestik dan mancara negara kerja-sama dengan tour guide mempromosikan paket wisata ini kepada semua biro perjalanan dan wisata Internasional,” tukasnya.
Hal menariknya lainnya dikatakan pribadi baik hati ini, sambil menyaksikan atraksi/pementasan/pagelaran seni dan budaya Minahasa para turis akan disuguhi menu dan minuman tradisional seperti, tinutuan (bubur Manado), kolak, ubi rebus, milu (jagung) rebus/bakar, pisang rebus dan minuman saguer (tuak) manis kudapan tradisional suku Minahasa dan mungkin satu-satunya di Sulut.
Usai pagelaran atau pementasan group-group Kawasaran, Maengket, Kolintang dan Musik Bambu akan memperoleh kompensasi yang sebanding. Dengan kata lain, jika sebelumnya tidak terwadahi dan terkesan tak tersentuh “pemerintah”, maka dengan tersedianya fasilitas dan sarana ini pengembangan dan pelestarian nilai-nilai seni dan budaya Minahasa akan terwadahi di satu sisi. “Sementara di pihak lain group ini akan memberi tambahan pendapatan ketika manggung,” tegasnya. Jola – Sulut